PROBOLINGGO, iNews.id – Demonstrasi ratusan petani di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur (Jatim), diwarnai kericuhan, Jumat pagi (12/1/2018). Para demonstran yang didominasi kaum ibu-ibu memblokir jalur Pantura sambil menggelar aksi buka baju. Aksi itu terpaksa mereka lakukan agar tuntutan mereka didengarkan oleh PT Waskita Karya.
Ratusan warga Desa Klampok, Kecamatan Tongas, merasa dirugikan dengan proyek pembangunan Jalan Tol Pasuruan-Probolinggo. Pasalnya, akses jalan menuju sawah mereka terputus akibat pembangunan itu. Warga meminta agar akses jalan mereka yang ditutup selama ini akibat terkena proyek jalan tol, dibuka kembali dengan membuat jalur baru. Dengan begitu, petani bisa ke sawah dengan mudah.
Kericuhan antara demonstran dan aparat Kepolisian Resor (Polres) Probolinggo Kota tidak dapat dihindarkan ketika ratusan demonstran menggelar demontrasi di depan Kantor Waskita di jalur Pantura Probolinggo, tepatnya di Desa Tongas, Kecamatan Tongas. Mereka datang sambil membawa poster berisi tuntutan agar jalur baru bagi petani ke areal persawahan dibuka.
Ratusan aparat kepolisian yang disiagakan tampak kewalahan mengusir para demonstran yang memblokir jalur Pantura. Aksi semakin memanas ketika ibu-ibu melawan aparat kepolisian dengan menggelar aksi membuka baju. Karena mereka dianggap mengganggu kelancaran arus lalu lintas, akhirnya polisi membubarkan secara paksa aksi tersebut.
Para demonstran yang kalah jumlah kemudian membubarkan diri. Namun, para petani mengancam akan melakukan aksi serupa sampai hak mereka dipenuhi oleh PT Waskita karya. “Kami menuntut hak kami. Empat akses jalan menuju sawah kami putus akibat pembangunan jalan tol. Kami hanya meminta jalan tembus ke persawahan kami. Kami akan terus melakukan aksi dan menuntut hak kami,” kata salah seorang petani yang berdemonstrasi, Sulistiyo Wati.
Sebelumnya, menurut warga, mereka sudah melakukan berbagai upaya untuk menyampaikan tuntutan, baik ke Kantor Waskita Karya selaku pelaksana pembangunan jalan tol dan ke Muspika setempat. Namun, tuntutan mereka tidak direspons. Karena kesal kasus ini mengambang hingga delapan bulan, ratusan warga kemudian menggelar aksi demonstrasi ke Kantor Waskita Karya dan memblokir jalan.
Editor : Maria Christina
Artikel Terkait