SURABAYA, iNews.id – Ketua PWNU Jawa Timur (Jatim) KH Marzuqi Mustamar mengimbau masyarakat Indonesia tidak berlebihan merespons keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI tentang hasil Pemilu 2019. Sikap ini penting untuk menjaga situasi negara tetap kondusif.
Seruan ini disampaikan Kiai Marzuqi menyusul kericuhan dalam gerakan massa di Jakarta sejak Selasa malam (21/5/2019). Ratusan massa pendukung Prabowo-Sandi terlibat bentrok dengan aparat, sesaat setelah menggelar aksi unjuk rasa di Gedung Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu).
“Jangan berlebihan (merespons hasil pemilu). Masyarakat harus tenang, karena masih ada beberapa tahapan terakhir yang akan dilakukan KPU. Artinya rangkaian pesta demokrasi belum usai. Selama proses itu berjalan masyarakat harus menjaga situasi,” kata Kiai Marzuki, Rabu (22/5/2019).
Kiai Marzuqi menjelaskan, respons berlebihan atas hasil pemilu bisa menimbulkan mudarat (dampak buruk), apalagi sampai berujung keributan. Tindakan tersebut bisa membuat buruk hubungan antarbangsa.
“Kita menunggu semua selesai. Semuanya tenang. Kita menjaga situasi. Kita salat butuh ketenangan. Kerja butuh keamanan iya kan? Jadi semuanya tenang, jangan tergesa-gesa. Nanti ditetapkan, ada yang menang ada yang kalah. Yang tidak suka wajar saja,” kata pengasuh Ponpes Sabilur Rosyad Malang ini.
Di luar itu, Kiai Marzuqi juga memberikan apresiasi kepada KPU yang sudah melaksanakan kewajibannya dengan baik, meski dalam beberapa catatan harus ada yang perlu ditingkatkan.
“Kalau ada yang menolak kadang agak lucu, Pilegnya diterima Pilpresnya dianggap curang. Terus ada penggelembungan DPT, kalau dia suara Pilpres ada, suara pileg, kalau Pileg diterima Pilpres ditolak,” katanya.
Pada Pemilu 2019 ini, ujar dia, NU memberikan pencerahan kepada masyarakat untuk tidak salah pilih. Bagi NU, masyakat janga sampai memilih kelompok yang justru bertentangan dengan Pancasila dan UUD 45 bahkan memilih yang bakal menghancurkan ideologi bangsa tersebut.
Selanjutnya Kiai Marzuqi mengingatkan bahwa muslim Indonesia dan NU memiliki akidah Ahslusnnah Waljamaah. Jangan sampai terjebak pada akidah lain, karena hanya Aswaja yang memiliki nilai toleransi yang memiliki sifat merangkul dan akomodatif.
Dia juga mengaku akan merangkul semua kelompok masyarakat untuk kembali bersama sama menjaga persatan dan kesatuan. Dengan begitu, suasana aktivitas sosial di perkampungan tetap harmonis meski berbeda pilihan.
“Kita butuh yang namanya kerukunan. Jangan sampai salah pilih, untuk kelompok yang intoleran itu kita memberikan pencerahan agar masyarakat paham. Masyarakat pilih yang mana itu hak mereka,” katanya.
Editor : Maria Christina
Artikel Terkait