SURABAYA, iNews.id - Kekuasaan menjadi pemicu perpecahan di tubuh Mataram. Sepeninggal Panembahan Senopati, terjadi perang saudara antara Hanyakrawati dan kakak tirinya Pangeran Puger.
Benih perang saudara itu muncul lantaran Hanyakrawati diangkat sebagai Raja Mataram menggantikan Panembahan Senopati. Pangeran Puger yang merasa lebih pantas, tidak puas. APalagi, secara umum Hanyakrawati lebih muda dibanding dengan Pangeran Puger.
Kekuasaan inilah yang menjadi awal mula kecemburuan Pangeran Puger muncul. Dikutip dari buku "Tuah Bumi Mataram : Dari Panembahan Senopati hingga Amangkurat II" tulisan Peri Mardiyono, Puger merasa dirinya lebih layak mewarisi tahta Mataram daripada adiknya. Tetapi takdir memang tak berpihak ke Pangeran Puger, ia akhirnya tak bisa menduduki posisi raja.
Sadar akan kekecewaan kakak tirinya menjadikan Hanyakrawati mencoba melakukan pendekatan kepada kakak tirinya dengan memberikan jabatan sebagai Adipati Demak. Puger pun menerima posisi itu, tetapi ia masih tidak puas. Ia memutuskan untuk melakukan pemberontakan suatu ketika.
Bahkan dia berkeinginan agar wilayah Demak melepaskan diri dari kekuasaan Mataram. Alhasil pada 1602 Masehi terjadilah perang saudara antara Demak melawan Mataram. Perang saudara antara Mataram dan Demak ini berlangsung sekitar tiga tahun.
Pada perang ini, Pangeran Puger didukung oleh Adipati Gending, serta Adipati Panjer. Pangeran Puger menuntut daerah Demak hingga ke Tambak Uwos, Jawa Timur sebagai kerajaan sendiri. Agaknya upaya Pangeran Puger ini dalam rangka untuk mengembalikan kejayaan Demak serta Dinasti Majapahit. Tetapi usahanya tidak tercapai.
Panembahan Hanyakrawati mengakhiri perlawanan pemberontakan oleh kakak tirinya dengan mengirimkan Tumenggung Suranata atau Ki Gede Mestaka, pada 1605 Masehi, untuk memadamkan pemberontakan. Peperangan pun dimenangkan oleh Mataram.
Pada 1605, Pangeran Puger pun berhasil ditangkap dan diasingkan ke Kudus. Putra Pangeran Puger kemudian diangkat sebagai Adipati Pati, yang bergelar Adipati Pragola. Kelak adipati inilah yang juga melakukan pemberontakan ke Mataram, yang dikenal dengan pemberontakan Pragola II.
Editor : Ihya Ulumuddin
Artikel Terkait