TRENGGALEK, iNews.id – Komisi B DPRD Jawa Timur (Jatim) berharap para petani mulai belajar membuat pupuk organik untuk mengantisipasi kelangkaan pupuk di musim tanam saat ini. Sebab, tahun ini pasokan pupuk di Jatim tidak sesuai kebutuhan.
Anggota komisi B DPRD Jawa Timur Nur Sutjipto mengatakan, kebutuhan pupuk di Jatim mencapai 1,2 juta ton. Namun, suplai dari pemerintah hanya sebanyak 900.000 ton. Akibatnya, distribusi pupuk di kabupaten/kota tidak merata.
Sutjipto mengatakan, Komisi B DPRD Jatim telah mengajukan tambahan ke Kementerian Pertanian. Namun, hanya dapat tambahan 500 ton.
“Setiap kali reses, keluhan kelangkaan pupuk selalu muncul dari para petani. Ini bisa dimaklumi, sebab, distribusi pupuk memang tidak berata. Apalagi pasokan juga terbatas,” katanya, Minggu (29/11/2020).
Karena itu, dia meminta para petani mencoba menggunakan pupuk organik buatan sendiri. Bukan hanya bergantung pada pupuk kimia saja. Harapannya, ketika terjadi kelangkaan pupuk, mereka tetap bisa survive dengan pupuk organik.
“Membuat pupuk organi ini tidak sulit, petani bisa membuatnya sendiri. Sebab, bahannya hanya dari buah dan rempah-rempah. Ini (pupuk organik) sudah pernah dicoba di beberapa daearah di Ponorogo dan berhasil,” katanya.
Untuk mengatasi hawa wereng padi misalnya, para petani di Ponorogo membuat obat dari campuran pepaya, tomat dan rempah-rempah. Bahan tersebut lalu difermentasi dan diberi bakteri khusus. Hasilnya, padi mereka subur dan tidak diserang hama wereng.
“Nah, yang seperti ini harus dicoba para petani kita, sehingga tidak bergantung pupuk kimia. Selain lebih ekonomis, kesuburan tanah tetap terjaga,” katanya.
Sutjipto mengaku siap untuk memberi pelatihan kepada para petani tentang pupuk organik ini. Bersama Dinas Pertanian, pihaknya akan memfasilitasi kebutuhan para petani.
Diketahui, pengurangan stok pupuk bersubsidi di Jatim berimbas buruk pada ribuan petani di wilayah Trenggalek. Para petani mengaku kesulitan mendapatkan pupuk, padahal musim tanam sudah tiba.
Di Desa Dermosari, Kecamatan Tugu, Kabupaten Trenggalek misalnya, para petani terpaksa harus menunda masa tanam padi karena tidak ada pupuk di pasaran. Mereka khawatir, pupuk tak kunjung didapat, sementara padi sudah tumbuh.
“Kalau seperti ini, padi tidak bisa tumbuh maksimal. Hasilnya malah rugi,” kata salah seorang petani, Saliman.
Editor : Ihya Ulumuddin
Artikel Terkait