nelayan di Malang Selatan berhenti melaut. (ilustrasi).

MALANG, iNews.id - Nelayan di wilayah Malang selatan berhenti melaut sejak 10 hari terakhir. Hal itu terjadi karena kondisi cuaca sangat buruk. 

Salah satu nelayan warga Desa Tambakrejo, Sih Budi Hari mengatakan, ketinggian di pantai Sendang Biru mencapai 6-7 meter, yang berimbas pada aktivitas melautnya yang terkendala.

"Kalau di pinggir ombaknya tenang, tapi sejauh sekitar 10-20 mil ombaknya tinggi," ucap Sih Budi, Jumat (30/12/2022).

Kepala Desa Tambakrejo, Yonathan Saptoes mengakui aktivitas nelayan di desanya terhenti imbas cuaca buruk yang terjadi beberapa hari terakhir. Para nelayan ini harus memutar otak beralih profesi sementara waktu untuk mencari sesuap nasi.

"Sebagian nelayan terpaksa beralih profesi untuk sementara waktu," kata Yonathan Saptoes.

Peristiwa cuaca ekstrem tersebut menurutnya memang rutin terjadi setiap akhir tahun, dan biasanya berlangsung hingga bulan Maret tahun berikutnya. Artinya kalau saat ini diprediksi sampai bulan Februari 2023.

"Tahun ini, cuaca ekstrem yang sampai menghentikan aktivitas nelayan sebanyak dua kali. Yaitu pada Bulan April hingga bulan Agustus 2022 lalu. Kemudian sekarang ini," ujarnya. 

Diketahui, BMKG memberikan peringatan cuaca ekstrem di beberapa wilayah Jawa Timur, termasuk warga Kabupaten Malang pada malam tahun baru 2023 mendatang.

Sebab, wilayah Jawa Timur saat ini berada pada puncak musim penghujan. Kondisi dinamika atmosfer di wilayah Jawa Timur juga masih cukup signifikan, yang berpotensi mengakibatkan peningkatan potensi cuaca ekstrem di beberapa wilayah Jawa Timur dalam sepekan ke depan.

Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Karangploso, Edythya Ferlani Wua mengatakan hal itu dipicu dari adanya aktifitas signifikan Monsun Asia dalam beberapa hari terakhir, serta adanya seruakan dingin (Cold Surge) dan fenomena CENS (Cross Equatorial Northerly Surge atau arus lintas ekuatorial).

Sehingga mengindikasikan adanya aliran massa udara dingin dari utara yang masuk ke wilayah Indonesia, melintasi ekuator. Hal ini berdampak pada meningkatnya potensi curah hujan dan kecepatan angin di wilayah Barat Indonesia, termasuk wilayah Jawa Timur.

Di sisi lain, masih aktifnya La Nina dengan intensitas lemah, MJO (Madden-Julian Oscillation), gelombang ekuatorial Rossby, gelombang atmosfer Kelvin, pola konvergensi atau pertemuan massa udara, serta kondisi suhu muka laut di perairan Jawa Timur yang masih hangat dengan anomali antara +1.0 s/d +2.5 ºC, mengakibatkan suplai uap air akan semakin banyak di atmosfer. 

Kondisi tersebut mempengaruhi pembentukan awan-awan Cumulonimbus yang semakin intens. Hal itu juga memengaruhi pada ketinggian gelombang di beberapa wilayah perairan Jawa Timur juga perlu diwaspadai. Sebab ketinggian gelombang sudah masuk kategori tinggi hingga sangat tinggi, antara 2,5 sampai 6,0 meter.


Editor : Ihya Ulumuddin

BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network