TUBAN, iNews.id - Alas Jati Peteng di Kabupaten Tuban dikenal sebagai kawasan angker. Berbagai kisan mistis menghiasi hutan di wilayah KPH Tuban ini, mulai dari sesosok perempuan misterius, ular besar, hingga pasar setan yang tetiba muncul di hutan sunyi itu.
Karenanya, setiap kali ada peristiwa kecelakaan di lokasi itu, selalu dikaitkan dengan kisah mistis tersebut. Sebab, tak jarang pengendara merasa melihat sesuatu yang aneh sebelum kecelakaan terjadi.
Asisten Perhutan (Asper) Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Kerek, Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Tuban, Sarju menceritakan, sebelum tahun 1969 alas jati peteng masih rimbun. Saat itu, pohon jati berukuran tinggi besar berusia ratusan tahun masih tegak berdiri dan belum di tebang.
Saking tingginya, saat itu batang batang pohon dan daun jati saling bertemu di atas, sehingga jalur pantura Daendels ini mirip seperti goa. Bahkan meski siang hari tampak gelap.
Karena itu kawasan hutan jati ini lebih dikenal dengan sebutan alas jati peteng, karena jalur pantura saat itu memang sangat gelap akibat tertutup rerimbunan pohon jati.
Pada saat itu, orang maupun kendaraan juga jarang yang melintas karena tidak berani. Selain karena dikenal angker, kawasan ini dulunya dikenal banyak begal sadis yang tak segan melukai bahkan membunuh korbannya jika melawan.
"Cuma dengar saja kawasan ini angker. Tapi, dulu memang sepi. Sehari, paling banyak empat kendaraan saja yang melintas. Sebab, jalan ini dulu tertutup jati. Ada jalan tapi sempit. Apalagi dulu banyak begal atau rampok," katanya, Senin (13/9/2021).
Kisah lain diceritakan oleh tukang ojek yang mangkal di pangkalan perempatan Alas Jati Peteng, Sanuri. Warga Desa Sumurgeneng, Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban ini sering mendengar cerita-cerita mistis yang menyelimuti alas jati peteng.
Dia mengisahkan bahwa pangkalan ojek tempatnya mangkal saat ini memang di kenal angker. Karenanya saat malam hari tidak ada orang yang berani berhenti atau bagkan sekadar duduk-duduk di pangkalan ojek tersebut.
Dia juga menyebut, di perempatan yang lokasinya di tengah-tengah Alas Jati Peteng itu juga sering terjadi kecelakaan yang menelan korban jiwa. Dugaan, kawasan tersebut sering meminta tumbal nyawa orang.
Di kawasan itu, Sunari juga sering mendengar makhluk-makhluk gaib yang jika muncul, maka tak lama kemudian akan ada malapetaka, salah satunya kecelakaan. "Di sini paling rawan. Dulu banyak begal. Disini tempat pembuangan mayat. Pas di sini ini banyak jin, gawat disini," ujarnya.
Senada dengan Sunari, kisah mistis Alas Jati Peteng juga di ceritakan oleh Tamam, seorang penjual es tebu yang lapaknya tak jauh dari pangkalan ojek perempatan Alas Jati Peteng.
Suatu ketika, ada seorang sopir truk yang bercerita kepadanya bahwa pada suatu sore menjelang magrib ada seorang nenek-nenek yang minta tumpangan dan menghentikan truknya di sebuah jembatan dekat pangkalan ojek.
Detelah diberi tumpangan, nenek tersebut memberi pesan bahwa jika melintas di jembatan dekat pangkalan ojek tersebut hendaknya sopir truk itu membunyikan klakson. Sebab, cucunya sering bermain-main di pinggir jalan ketika menjelang maghrib. Tujuannya agar tidak tertabrak truk.
Setelah memberi pesan itu, nenek tersebut meminta turun di Jembatan Kalibele yang juga dikenal angker. "Nenek itu meminta tumpangan tak lama atau tak jauh. Karena lokasi pangkalan ojek dengan Jembatan Kalibele sekitar 1,5 kilometer. Setelah sang nenek turun nenek tersebut langsung menghilang," katanya.
Sopir truk tersebut akhirnya percaya bahwa di kawasan alas jati peteng memang dihuni banyak makhluk halus. Pada saat melintas di jembatan dekat pangkalan ojek itu sang sopir akhirnya selalu membunyikan klakson.
Hal lain juga pernah didengar oleh Tamam, bahwa suatu ketika ada sopir truk yang mengisahkan bahwa jalan di dekat pangkalan ojek itu bercabang. Suatu ketika saat tengah malam, tiba-tiba ada truk yang masuk ke dalam sungai.
Penuturan sang sopir bahwa jalan yang dia lewati benar dan dia mengemudikan truk dalam keadaan sadar dan tak mengantuk. Namun, entah mengapa ternyata truk tersebut ternyata tidak melewati jalan yang sesungguhnya, tetapi malah masuk sungai tak jauh dari jembatan pangkalan ojek.
Penjual es tebu yang sudah empat tahun berjualan di pangkalan ojek ini juga bercerita tentang kisah yang dia alami sendiri. Suatu malam dia dikejar-kejar orang banyak, lalu lari ke tengah alas jati peteng dan ternyata di tengah-tengah alas jati peteng itu ada pasar dan kodisinya ramai sekali. Dia pun ditolong oleh seseorang yang dia kenal lalu orang-orang tersebut berhenti mengejarnya.
Ada juga warga yang sedang mencari rumput, namun secara tidak sengaja ternyata sabitnya malah mengenai leher seekor angsa hingga angsa tersebut mati. Malam harinya tetangganya itu bermimpi didatangi makhluk halus yang meminta ganti rugi dan mengatakan bahwa nyawa harus di tukar dengan nyawa.
Di siang harinya, tetangganya itu akhirnya mengganti angsa yang tak sengaja dia bunuh saat mencari rumput ditengah alas jati peteng agar selamat dan terhindar dari malapetaka yang mengancam.
Kisah lain juga diceritakan oleh pemilik warung yang lokasinya di pojokan perempatan Alas Jati Peteng, Sumaji. Dia menyebut seringnya terjadi kecelakaan karena ada perempuan misterius yang menyeberang jalan. Saat itu pengendara menghindar, tetapi justru terjadi kecelakaan.
Kisah lain yang di alami sumaji sendiri yani dua tahun lalu. Saat itu ada pemudik dari jakarta naik motor. Karena lelah dia ingin istirahat di alas jati peteng. Pemuda itu melihat seperti ada warung. Namun setelah didekati ternyata Pos Perhutani.
Setelah itu, dia pun menyandarkan motornya di Pos Perhutani tersebut dan tak jauh dari pos itu dia melihat sebuah warung. Dia mendatangi warung tersebut lalu memesan makanan kepada nenek tua pemilik warung.
Karena tengah malam dan semua makanan habis, tinggal nasi putih saja akhirnya sang nenek menawarkan mi instan. Setelah mi instan masak dan di hidangkan bersama nasi putih sang nenek meminta kepada pemuda tersebut agar makan di luar karena warungnya akan tutup.
Pemuda tersebut langsung membayar mi instan, nasi putih dan kopi dengan uang tiga Rp30.000 dan mendapat kembalian uang Rp5.000. Namun, setelah kenyang habis makan pemuda tersebut akhirnya tidur di bangku di teras warung.
Namun anehnya, begitu terbangun ternyata tubuhnya sudah di atas pohon. Karena tidak ada orang melintas dia pun diam saja di atas pohon sambil merinding ketakutan.
Selang sekitar satu jam, Sumaji yang tidur di dalam pos perhutani bercat kuning itu terbangun dan keluar pos. "Saya mendengar teriakan meminta tolong, tapi saya cari tidak ada. Ternyata di ada di atas pohon jati. Akhirnya saya bantu turun. Dia ketakutan, setelah itu melanjutkan perjalanan," katanya.
Pengalaman lain di kisahkan Sntung, seorang sopir yang biasa melintas di jalur pantura alas jati peteng. Dia berkisah memang jalur pantura Daendels Alas Jati Peteng memang dikenal angker.
Di masa kolonial, terutama di masa pembangunan jalur pantura sepanjang Pulau Jawa yang di inisiasi oleh Daendels itu banyak memakan korban jiwa rakyat pribumi, akibat kerja paksa saat pembangunan jalan. Ribuan nyawa mati sia-sia dalam proyek pembangunan jalan multinasional itu dan mayatnya dibuang begitu saja di tengah hutan.
Delain itu pada masa pemberontakan PKI tahun 1965, pascameletusnya G30 S PKI, banyak terjadi pembunuhan simpatisan PKI. Lokasi pembantaian simpatisan PKI berada di tengah Alas Jati Peteng tersebut. "Jadi alas ini memang dulu tempat pembuangan mayat. Di jaman PKI banyak pembunuhan yang mayatnya juga dibuang di situ," katanya.
Menurut Arif, warga setempat, di jembatan Kalibele atau kawasan Alas Jati Peteng paling barat memang ada sesosok ular yang sangat besar sekali. Di jembatan tersebut pada suatu waktu ular itu akan mengganggu pengguna jalan dengan menampakkan ekornya.
Saat pengguna jalur pantura dari arah timur ke barat ular tersebut akan menampakan ekornya ke kiri dan jalan seolah olah berbelok ke kiri. Karena itu, Arif mengajak kepada pengguna jalan agar berdoa kepada tuhan agar selamat di perjalanan, terutama saat melintas di Alas Jati Peteng.
"Saya lihat tadi di jembatan Kalibele ada sesosok ular yang sangat besar sekali. Di sini juga ada pasar dan warung gaib. Sewaktu-waktu eksistensinya ditunjukkan kepada manusia, ternyata warung itu nggak ada. Semoga ke depan nggak ada lagi kecelakaan," ujarnya.
Sementara itu, Kasat Lantas Polres Tuban AKP Arum Inabala mengatakan, penyebab kecelakaan ada empat faktor, yakni faktor pengemudi, jalan, kendaraan dan faktor alam. "Itu kenapa pengendara harus memiliki SIM. Sebab, pada waktu tes pengurusan SIM akan terlihat psikologi pengendara motor saat berkendara di jalan raya.
Editor : Ihya Ulumuddin
Artikel Terkait