MALANG, iNews.id - Lima gunung di Jawa Timur (Jatim) terkenal keramat sejak zaman dulu. Beberapa kerajaan di Jatim bahkan menganggap kelima gunung tersebut menjadi tempat bermukimnya para dewa.
Itu sebabnya, kelima gunung tersebut kerap menjadi titik sentral sebuah kerajaan mendirikan sebuah bangunan, mulai dari kompleks permukiman, bangunan suci, hingga istana kerajaan.
Arkeolog Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur Wicaksono Dwi Nugroho mengatakan, titik kosmos atau titik kesakralan menjadi istilah acuan dari masing-masing kerajaan besar di Jawa Timur, sebelum mendirikan bangunan hingga ibu kota. Titik ini semacam titik nol yang ditarik garis lurus ke suatu bangunan yang akan dibuat.
"Kosmos itu konsep spiritual kosmologi Mandala jadi titik sakral. Masing - masing kerajaan punya mandala atau titik kosmos sendiri-sendiri," kata Wicaksono, Selasa (13/9/2022).
Di Jawa Timur, kata Wicak sapaan akrabnya, ada sejumlah gunung yang dianggap suci oleh kerajaan-kerajaan di Jawa Timur. Temuan ini didasari hasil kajian dari BPCB terhadap sejumlah bangunan budaya bersejarah peninggalan kerajaan. Dimana ketika ditarik garis lurus biasanya bangunan itu menghadap ke gunung yang dianggap suci.
"(Raja) Airlangga menggunakan titik nol dari Gunung Walikukun di Tulungagung, titik nolnya di sana, jadi ke selatan (menghadap bangunannya). (Kerajaan) Jenggala dan Panjalu menggunakan Kelud, kalau masa (Kerajaan) Kediri juga menghadap ke Kelud," ujarnya.
Beberapa peninggalan Kerajaan Kediri menghadap ke arah Gunung Kelud. Bangunan seperti Gua Selomangleng dan Candi Klotok di Kota Kediri, Situs Brumbung di Kecamatan Kepung, Kabupaten Kediri, hingga Candi Klotok yang diidentikkan peninggalan era Kediri, terindentifikasi menghadap ke Gunung Kelud.
"Kalau masa Kediri diambil Kelud, tinggalan beberapa kayak (candi) Penataran ke Kelud, yang terbaru kita ngambil Gua Selomangleng juga ke Kelud. Kalau yang di Sumberbeji mengarah ke Kelud," katanya.
"Candi - candi di daerah Kediri juga mengarah ke Kelud, yang saya tangani Petirtaan Geneng, Situs Brumbung, itu juga mengarah ke Kelud. Jadi mungkin pada masa era Kedirian, Kelud menjadi arah kosmis pusat sakral," tuturnya.
Gunung Penanggungan juga menjadi arah acuan Kerajaan Majapahit dalam mendirikan bangunannya. Beberapa situs yang telah ditemukan, termasuk kawasan cagar budaya Trowulan dan yang terbaru di Situs Kumitir yang baru diekskavasi juga menghadap ke arah Gunung Penanggungan.
"Dari masing-masing sebaran tinggalan arkeologis yang di utara sampai selatan Mojokerto itu mengarah ke Penanggungan jadi mengikuti derajatnya," tuturnya.
Sementara untuk Kerajaan Singosari, dikatakan Wicaksono berdasarkan referensi di Kitab Pararaton bangunan - bangunannya menghadap ke Gunung Kawi. Terkecuali satu kompleks permukiman yang ada di Dusun Sekaran, Desa Sekarpuro, Kecamatan Pakis, yang terindentifikasi menghadap ke arah Gunung Semeru.
"Pada masa Singosari belum ada kajian, tapi banyak sekali yang menafsirkan Gunung Kawi sebagai pusat kosmos. Cuma apakah arah orientasi bangunan mengarah ke Gunung Kawi, itu sejauh yang saya tahu, belum ada yang melakukan kajian, baru tafsir yang diambil dari kitab Pararaton, Gunung Kawi jadi patokan arah," katanya.
Namun diakui masing-masing raja di kerajaan saat itu terkadang memiliki keyakinan terkait titik kosmologi dan titik kesakralan. "Setiap kerajaan sepertinya memiliki titik pusat yang berbeda-beda," katanya.
Editor : Ihya Ulumuddin
Artikel Terkait