SURABAYA, iNews.id - Lima daerah di wilayah Mataraman menjadi perhatian serius Tim Covid-19 Jawa Timur (Jatim). Pasalnya, lonjakan kasus di wilayah tersebut sangat tinggi.
Lima wilayah tersebut yakni Kabupaten Ngawi, Kota dan Kabupaten Madiun, Kabupaten Magetan dan Kabupaten Ponorogo. Berdasarkan data, kasus Covid-19 di Kota Madiun bertambah 36 kasus, Magetan 32 kasus, Ngawi 32 kasus, Kabupaten Madiun 23 kasus, Ponorogo 20 kasus dan Pacitan 20 kasus.
"Kami ingin insan pemprov menjadi penyangga untuk membackup ketersediaan fasilitas kesehatan yang ada di masing-masing kabupaten/kota, terutama di wilayah Madiun Raya, Magetan, Ponorogo, Madiun kabupaten, ini tentunya termasuk Ngawi," kata Wakil Gubernur Jatim, Emil Elestianto Dardak usai rapat koordinasi di RSUD dr Soedono, Madiun, Rabu (30/6/2021) sore.
Menurut Emil, lonjakan kasus Covid-19 di wilayah Mataraman menjadi perhatian karena beberapa daerah sempat berstatus zona merah. "Kabupaten Ngawi sempat zona merah dan Kota Madiun yang saat ini masuk dalam zona merah. Alhamdulillah, Ngawi sudah keluar dari zona merah," ucapnya.
Melihat kondisi harian dan bertambahnya pasien Covid-19, membuat Wagub Emil ingin memastikan ketersediaan faskes dan layanan yang diberikan kepada masyarakat. Selain itu, dirinya juga ingin memastikan bahwa dokter dan tenaga kesehatan benar-benar memiliki ketersediaan Alat Pelindung Diri (APD) yang cukup.
"Saya ingin melihat bagaimana situasi langsung dan kita sudah meningkatkan kapasitas tempat tidur. RS Dungus sudah meningkat dari 10 dan ini sudah terisi penuh. Hari ini sekarang 24 pasien lagi nunggu di depan karena sudah penuh begitu pula di Rumah Sakit Lapangan juga sudah penuh," katanya.
Untuk itu, dirinya menginginkan agar rumah sakit yang ada di daerah juga ikut menjadi penyangga di wilayahnya masing-masing, seperti RSL Joglo Dungus yang menerima pasien rujukan dari Kota Mojokerto dan Kabupaten Lamongan. Sementara RSUD dr. Soedono Madiun sendiri mengalami overload pasien. Lalu disisi lain, RSUD Dolopo Kab. Madiun tingkat keterisiannya masih tinggi.
"Ternyata kita lihat Bed Occupancy Ratio (BOR) di beberapa rumah sakit yang justru beroperasi di tingkat kabupaten/kota ini masih ada ruang. Nah ini kita harus jaga, harus ada penyangga di wilayahnya sendiri-sendiri, kita maksimalkan," ujarnya.
Dia juga berharap, ketersediaan ruang maupun tempat tidur di rumah sakit tingkat kabupaten/kota dapat mensupport sistem triase menjadi lebih optimal dan maksimal, yaitu sistem yang menentukan prioritas pasien dengan mengutamakan perolehan penanganan medis terlebih dahulu di instalasi gawat darurat (IGD). "Artinya relaksasi kita harus menyediakan spare untuk yang benar-benar kondisinya berat," tuturnya.
Editor : Ihya Ulumuddin
Artikel Terkait