SURABAYA, iNews.id – Setelah lama vakum, ludruk “Irama Budaya Sinar Nusantara” kembali menggeliat. Seni tradisi khas Jawa Timur (Jatim) ini bahkan akan mentas di Jakarta pada 18 dan 19 Agustus nanti. Mereka akan manggung secara bergiliran di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) dan Taman Ismail Marzuki (TIM).
Dua lakon berbeda akan ditampilkan pada pementasan Muhibah Ludruk Surabaya itu. Masing-masing lakon “Bui/Guruku Tersayang”, adaptasi karya Akhudiat, di TMII, Jumat (17/8/2018) dan lakon “Cak Durrasim” di Graha Bhakti Budaya TIM Jakarta.
Sutradara dua pementasan ludruk, Meimura mengatakan, selain untuk menghidupkan seni tradisi, pentas di Jakarta digelar untuk merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-73 Kemerdekaan RI dan Asian Games.
“Ludruk, sejarahnya, dalam masa perjuangan adalah media efektif untuk menyampakaian berbagai informasi kepada rakyat. Maka HUT RI kali ini adalah momentum tepat untuk mengenangnya,” kata Meimura di sela gladi bersih di Tobong, Taman Hiburan Rakyat (THR) Surabaya, Selasa (14/8/2018).
Meimura mengingatkan salah satu yang paling melegenda pada seni ludruk adalah parikan berisi sindiran kepada penjajah Jepang “Pegupon omahe doro, melok Nipon tambah soro” (Pegupon rumah burung dara, ikut Jepang tambah sengsara).
“Itu adalah pesan sarat makna kepada masyarakat. Bagaimana seniman kala itu menumbuhkan kesadaran rakyat Indonesia untuk tidak terbuai dengan bujuk rayu penjajah,” katanya.
Di luar itu, Meimura berharap akan terbuka wacana baru tentang penanganan yang adil pada kesenian tradisi di Indonesia. Apalagi yang klasik seperti ludruk. “Presiden kita mesti turut mikir sebentar saja tentang kesenian ludruk ini. Di zaman Bung Karno, ludruk tampil selama 16 hari di Istana Kepresidenan dan presiden ikut main,” ujarnya.
Editor : Maria Christina
Artikel Terkait