KEDIRI, iNews.id – Pengurus Wilayah Nahdhatul Ulama Jawa Timur (PWNU Jatim), menggelar konferensi wilayah ke 17 di Pondok Pesantren Lirboyo, Kota Kediri. Dalam acara tersebut, Ketua Tanfidziah PWNU Jatim KH Hasan Mutawakkil Alallah mengisyaratkan tidak akan mencalonkan diri kembali.
"Setelah 10 tahun saya berkhidmat menjadi khodim jamiyah NU, yang memang bukan waktu panjang bagi perjalan NU ila yaumil qiyamah. Tapi bagi diri saya, 10 tahun ini waktu yang panjang. Saya yakin harus bisa mengukur diri. Sudah waktunya estafet kepemimpinan diganti oleh pemimpin-pemimpin NU yang lain," kata Mutawakkil, Minggu (29/7/2018).
Setelah tak lagi maju pada pencalonan ketua PWNU Jatim, Kiai Mutawakkil akan kembali mengurus Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong, Probolinggo. Dalam kesempatan tersebut, dia juga memohon maaf apabila ada kesalahan maupun kelemahan selama dua periode memimpin PWNU Jatim.
"Ngeladeni (melayani) putra-putri umat di sana. Baik kelemahan, kesalahan pribadi saya maupun kepengurusan PWNU, terutama dalam lima tahun terakhir ini. Kelemahan dan kesalahan apapun saya jamin tidak akan meredupkan nurul ulama, tidak akan menjatuhkan haibah dan marwah NU sebagai organisasi para ulama NU," ujarnya.
Dia juga bersyukur karena PWNU yang sempat mengalami grafik turun, saat ini sudah naik lagi sesuai dengan khithahnya. Semua pencapaian tersebut, kata dia, bukan dari dirinya pribadi tapi kebersamaan di PWNU Jatim.
"On the right track, maqamam mahmudah. Semua akan kami laporkan di sidang pleno nanti. Saya menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang selama ini membantu perjuangan kami," katanya.
Sementara itu, sejumlah kiai karismatik muncul sebagai kandidat pengganti. Untuk posisi tanfiziyah (pelaksana) muncul nama KH Marzuki Mustamar (Wakil Rais Syuriyah PWNU Jatim) dan KH Abdul Hakim Mahfudz alias Gus Kikin (Wakil Pengasuh Ponpes Tebuireng Jombang).
Sedangkan untuk rais syuriyah, juga muncul dua kandidat terkuat, yaksi KH Anwar Manshur (rais syuriyah saat ini) dan Pengasuh Ponpes Amanatul Ummah, KH Asep Saifuddin Chalim.
Editor : Muhammad Saiful Hadi
Artikel Terkait