Agresi militer Belanda. (wikipedia).

MALANG, iNews.id - Wilayah Malang menjadi daerah penting bagi Belanda yang ingin dikuasai kembali, pascakemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. Sebab, semasa penjajahan, Malang menjadi salah satu pendulang pendapatan pemerintahan kolonial Belanda.

Sejarawan Universitas Negeri Malang (UM) Reza Hudianto mengatakan, potensi kekayaan perkebunan dan kekayaan sumber daya alamnya menjadikan Belanda selalu memprioritaskan Malang dikuasai. Apalagi, sejak sebelum bangunan di bouwplan satu sampai delapan dicanangkan, hampir sebagian besar Malang merupakan perkebunan tebu.

"Kota Malang memang kepemilikan tanahnya masih milik pabrik gula Rejoagung, sebagian milik rakyat. Mayoritas masih perkebunan," kata Reza Hudianto.

Karena pentingnya Malang, membuat pasukan Belanda menumpang sekutu, kembali berusaha menguasai Malang seusai kemerdekaan pada 17 Agustus 1945. Salah satu tujuan yang direbut oleh pasukan Belanda yakni perkebunan, yang sebelumnya saat masa penjajahan menjadi penghasil cuan bagi Belanda.

"Sebenarnya agresi militer pertama yang dicari daerah-daerah perkebunan, itu kan daerah penghasil uang bagi mereka. Kalau mereka enggak segera mungkin merebut area perkebunan, mereka enggak bisa membiayai mesin-mesin perang yang terlanjur datang ke sisi utara (Pantai Utara Jawa)," tuturnya.

Apalagi, semasa penjajahan, Malang menjadi salah satu tangsi militer Belanda. Terlebih di Malang juga terdapat lapangan udara di Pakis yang kini bernama Bandara Abdul Rachman Saleh. 

"Malang dianggap punya tangsi militer. Jadi dinggap cukup penting punya basis militernya Belanda. Kemudian beberapa pesawat yang landasan pesawat bisa keluar masuk ke luar negeri lewat Pakis, kemana-mana yang dikuasai lapangan udara," katanya.

Maka ketika usaha mempertahankan kemerdekaan Indonesia dilakukan arek-arek Malang berusaha membakar sejumlah bangunan yang dibangun Belanda. Bahkan disebutkan Reza, seluruh bangunan di Jalan Bromo habis dibakar. Hal ini agar Belanda tak bisa langsung menempati dan menguasai kembali bangunan-bangunan yang dibangunnya.

"Kalau (jalan) Bromo hampir semua memang dihancurkan. Di Jalan Bromo, balai kota habis (dibakar). Bank Indonesia habis (dibakar), semua bangunannya tidak ada yang asli, atapnya sudah dibangun baru," katanya. 


Editor : Ihya Ulumuddin

BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network