Pertempurab 10 November (Foto: Arsip Nasional)

SURABAYA, iNews.id - Kecurigaan Bung Tomo terhadap kedatangan Inggris di Surabaya akhirnya terbukti. Melalui siasat licik, mereka berusaha memberi jalan kepada Belanda untuk kembali menduduki Indonesia. 

Beruntung, Bung Tomo tak begitu saja percaya saat Menteri Penerangan Amir Syarifuddin menyampaikan bahwa tentara Inggris tiba di Surabaya untuk mengangkuti tentara Jepang. Sebab sebelumnya tentara Inggris telah terlebih dahulu memasuki Indonesia pada 15 September 1945, misi Inggris dan sekutunya telah tiba di Jakarta.

Sebelumnya para tentara Jepang yang telah menyerah dilucuti oleh pejuang Indonesia. PascaIndonesia memerdekakan diri masih sempat terjadi peperangan di beberapa daerah di Indonesia.

Dikisahkan pada buku "Bung Tomo Hidup dan Mati Pengobar Semangat Tempur 10 November" karya Abdul Waid, menteri penerangan sempat memerintahkan Bung Tomo dan pasukannya untuk menghormati dan menyambut baik kedatangan sekutu di Surabaya, seperti halnya di Jakarta.

Namun oleh Bung Tomo dan rakyat Surabaya ajakan menteri penerangan Amir Syarifuddin itu ditolak mentah-mentah. Bung Tomo merupakan orang pertama yang tidak percaya terhadap apa yang disampaikan oleh pemerintah pusat. 

Sebab itu, ia mengajak semua orang Surabaya untuk berhati-hati seraya mencurigai kedatangan Inggris sebagai usaha membantu mengembalikan kolonialisme Belanda di Indonesia.

Kecurigaan Bung Tomo dan kawan-kawannya bukannya tanpa alasan. Sebab, sebelumnya perwira tentara sekutu berkebangsaan Belanda Kolonel PJG Huijer telah datang di Surabaya pada tanggal 23 September. 

Huijer datang sebagai utusan Laksamana Pertama Paterson, seorang Pimpinan Angkatan Laut Sekutu di Asia Tenggara. Kedatangan perwira Belanda tersebut tak lain membawa misi rahasia dari pimpinan tertinggi angkatan laut Kerajaan Belanda.

Di Surabaya, secara terang-terangan Huijer menentang revolusi yang dikobarkan para pejuang Indonesia. Sikap Huijer bahkan memancing kemarahan para pejuang di Surabaya. Karenanya Huijer ditangkap dan ditahan oleh aparat keamanan Indonesia di penjara Kalisosok Surabaya.

Bahkan, pada saat menjelang kedatangan tentara Inggris di Surabaya, Drg Moestopo yang saat itu telah mengangkat diri menjadi menteri pertahanan mengajak rakyat Surabaya bersiap-siap untuk melakukan peperangan dengan pasukan Inggris. Rakyat Surabaya diajak untuk bersiaga menyambut kedatangan tentara Inggris dengan senjata.

Moestopo menyeru sambil mengendarai mobil terbuka dan pedang terhunus di tangan. Dia menyeru sambil teriak-teriak di sepanjang jalan di Surabaya, menyadarkan rakyat atas bahaya yang sedang mengancam.

Moestopo pula yang turut menyeru berpidato lantang melalui radio pada malam harinya. Secara khusus dia memperingatkan kepada tentara Inggris dan NICA (Netherlands Indies Civil Administration) agar tidak mendarat di Surabaya. 

Namun tentara Inggris tetap mendarat di Surabaya dengan diikuti tentara NICA yang membonceng tentara Inggris. Hal ini memicu gejolak rakyat Indonesia dan memunculkan pergerakan perlawanan rakyat Indonesia di mana mana.

Tak berselang lama setelah tentara Inggris mendarat, dua orang perwira staf Mallaby menemui Gubernur Soerjo. Dua orang perwira staf Mallaby bermaksud untuk mengajak Gubernur Soerjo dan seorang wakil BKR untuk berunding dengan Mallaby. Tetapi, undangan itu ditolak oleh Gubernur Soerjo dengan alasan dia harus memimpin rapat.

Tetapi kemudian Gubernur Soerjo memutuskan untuk mengirim Moestopo pimpinan BKR untuk berunding dengan pihak Inggris dan bertindak atas nama pemerintah Jawa Timur. Sejumlah pejuang seperti dr Soegiri, pejuang Surabaya, Moh Jasin pimpinan polisi istimewa, serta Bung Tomo, belum menghasilkan kesepakatan. 

Bung Tomo merupakan orang yang paling menolak seluruh keinginan Jenderal Mallaby karena menganggap ada misi terselubung kedatangan tentara Inggris di Surabaya.

Namun, di perundingan kedua pada 26 Oktober 1945, terjadi kesepakatan antara pemerintah Indonesia yang diwakili Residen Sudirman, Ketua KNI Doel Arnowo, wali kota Surabaya Radjiman Nasution, dan HR Mohammad Mangundiprojo dari Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dengan Inggris. Kedua kubu membentuk Kontact Bureau antara Indonesia dengan tentara Sekutu. Tetapi kesepakatan itu tak membuat Bung Tomo percaya begitu saja.

Terbukti pasca Inggris memperbolehkan menggunakan gedung-gedung penting di Surabaya. Inggris menangkap Moestopo dan dipaksa menunjukkan posisi Kolonel Huijer ditahan. 

Tak hanya itu, pasukan Inggris kemudian menyerbu ke penjara Kalisosok dan membebaskan orang-orang Belanda yang sempat ditahan para pejuang kemerdekaan Indonesia. Bahkan pasukan Inggris juga melucuti kesatuan polisi Republik Indonesia seksi Bubutan dan Nyamplungan.

Tiga rangkaian peristiwa itu memicu kemarahan Bung Tomo dan para arek arek Surabaya. Bung Tomo pun berpidato dengan nada keras, tegas, dan mampu mengobarkan semangat juang rakyat Surabaya. Setelah pidato itu suasana Kota Surabaya langsung sepi, para rakyat Surabaya mempersiapkan penyerangan ke tentara Inggris, dengan strategi perang gerilya dan perang rahasia yang diinstruksikan Moestopo dan Bung Tomo.

Pertempuran pun pecah pada malam harinya. Pasukan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) bergerak kembali ke Kota Surabaya. Pertempuran pun terjadi di hampir seluruh Surabaya. Mereka mengepung semua gedung-gedung yang diduduki oleh tentara Inggris. Mereka kembali menguasai pos-pos yang sempat ditempati tentara Inggris.

Pengepungan selama tiga hari ke tempat-tempat ini membuat tentara Inggris tak dapat berbuat banyak. Mereka tak bisa meminta bantuan ke tempat lain, karena terjebak kepungan. Bahkan, mereka kehabisan makanan, air, dan peluru, yang membuat tentara Inggris semakin bingung. 


Editor : Ihya Ulumuddin

BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network