SURABAYA, iNews.id – Korban fetish kain jarik mahasiswa Universitas Airlangga (Unair) mendesak pihak kampus serius menindak tegas pelaku. Sebab, tindakan pelecehan seksual pelaku sudah berlangsung lama dan meresahkan banyak mahasiswa.
Salah seorang korban fetish AM mengatakan, pada 2018 lalu dirinya pernah melapor ke Badan Ekesekutif Mahasiswa (BEM). Laporan tersebut juga dilanjutkan ke rekotorat. Namun, saat itu tidak ada respon sama sekali.
“Jujur saya ada kekhawatiran pelaku ini tidak ditindak walaupun sudah viral. Sebab, beberapa tahun lalu juga begitu. Padahal, korban sudah banyak. Laporan juga sudah di rektorat,” kata korban, Senin (3/8/2020).
AM mengaku pada 2018 silam, pernah dipaksa pelaku mengikat tubuh dengan tali, namun, saat itu dia menolak. Imbasnya dia diancam dan diintimidasi. Akibatnya, dia selalu ketakutan selama di kampus.
“Saya betul-betul takut saat itu. Apalagi waktu itu masih maba (mahasiswa baru). Yang saya heran kenapa saat itu dia masih jadi panitia ospek, padahal tahun 2017 korban sudah banyak dan melapor," ujarnya.
Karena itu, dia berharap, kali ini pihak kampus serius memberi sanksi, termasuk memberikan pendampingan bagi pelaku. “Pelaku ini sudah tidak waras. Kalau hanya dipenjara, bisa-bisa pas keluar akan kambuh. Perlu psikolog agar kebiasaan buruk pelaku ini hilang,” ujarnya.
Sebelumnya, Ketua Pusat Informasi dan Humas (PIH) Unair, Suko Widodo mengatakan, pihaknya telah menggelar sidang komite etik begitu kasus dugaan fetish mahasiswanya itu viral di media sosial. Hasilnya, semua sepakat untuk memberikan sanksi.
“Fakultas Ilmu Budaya Unair (FIB) telah menggelar sidang komite etik terhadap yang bersangkutan. Pastinya kami akan mengambil tindakan tegas karena sudah menyalahi etika mahasiswa,” ujarnya, Kamis (30/7/2020).
Suko mengatakan, pihaknya melalui FIB Unair juga mencoba menghubungi Gilang dan keluarganya. Namun, hingga saat ini, Gilang belum bisa dihubungi. Karena itu, pihak kampus akan menyerahkan sepenuhnya pada pihak berwenang.
Editor : Ihya Ulumuddin
Artikel Terkait