SURABAYA, iNews.id – Jamiyah Nahdlatul Ulama (NU) kembali masuk dalam pusaran politik. Kali ini di pemilihan gubernur (Pilgub) Jawa Timur. Fakta ini menyusul penunjukan Ketua Fatayat NU Jawa Timur, Hikmah Bafaqih sebagai ketua tim sukses pemenangan Saifullah Yusuf (Gus Ipul)-Abdullah Azwar Anas.
Kondisi ini memunculkan reaksi negatif dari berbagai kalangan. Peneliti Surabaya Survey Centre (SSC), Surrochim Abdulsalam misalnya menilai, masuknya Hikmah akan membahayakan Jamiyah yang dia pimpin. Organisasi Fatayat bisa karut-marut, lantaran terseret dalam urusan dukung-mendukung calon.
“Libido politik pengurus NU dan banomnya (badan otonom) kelewat tinggi. Bahkan terkadang tidak dibarengi dengan kesadaran etis. Sehingga sering selip memanfaatkan organisasi untuk meraih vote,” kata Surrochim, Sabtu (2/12/2017).
Surrochim mengakui bahwa tidak ada larangan bagi kader NU untuk terjun dalam politik praktis. Namun, mestinya, baju pengurus idealnya dilepas. Sehingga tidak membebani organisasi. “Ini menunjukkan bahwa sebenarnya (masih) banyak yang melupakan khittah NU yang independen. Mestinya, ada aturan formal atau tidak, fatsun khitthah itu dipegang teguh.” ungkapnya.
Lebih dari itu, Surochim menilai, penunjukan Hikmah sebagai tim sukses menjadi bagian dari upaya mengambil posisi penting dalam koalisi. Bisa diasumsikan, mereka tidak ingin ‘dikuasai’ PDIP yang jumlah kursinya lebih sedikit (19 kursi).
“PKB sebagai partai majority di kursi parlemen Jatim (20 kursi), tentu akan mengambil positioning guna mendapat coattile elektoral dalam kontestasi ini,” katanya.
“Mereka sadar bahwa ada di dalam bayangan dan kendali PDIP. Nah sekarang jika mereka mulai menjaga jarak saya pikir itu bagian dari cara PKB meraih efek elektoral bagi partainya,” ucap pengamat politik asal Universitas Trunojoyo Madura (UTM) itu.
Editor : Himas Puspito Putra
Artikel Terkait