PROBOLINGGO, iNews.id - Wabah ulat grayak meresahkan petani di Probolinggo, Jawa Timur. Sejak sepekan terakhir ribuan ulat tersebut menyerang ratusan hektare (Ha) tanaman bawang merah. Akibatnya tanaman bawang mendadak berwarna kuning dan mati.
Serangan ulat ini tergolong cepat dan sporadis. Hanya dalam beberapa saat, tanaman yang diserang langsung layu. Daun bawang lantas menguning dan mati.
Serangan ulat ini terjadi di beberapa desa di Kecamatan Dringgu. Dua wilayah yang paling parah adalah Desa Dringgu dan Sumber Suko di kecamatan yang sama. Di dua wilayah ini puluhan hektare tanaman bawang merah siap panen rusak. Tak hanya merusak daun, serangan ulat juga merusak biji (buah) bawang sehingga tidak laku dijual.
"Sudah hampir sepekan ini ulat muncul. Serangannya begitu cepat. Malam diserang, paginya sudah layu dan kuning. Padahal tinggal dua pekan lagi panen," kata salah seorang pemilik lahan, Manen, Rabu (4/7/2018).
Manen mengaku sudah melakukan berbagai upaya untuk menangkal serangan ulat Grayak terebut. Di antaranya adalah dengan menyemprot diinvectan. Namun, upaya tersebut gagal. Ulat tetap bersarang dan menyerang. "Biasnya dengan dua kali semprot sudah hilang. Tetapi ini masih bertahan," katanya.
Dia pun mengaku para petani di Probolinggo, seperti dirinya, tidak mampu lagi untuk melakukan penyemprotan. Sebab biaya obat cukup mahal. Untuk satu hektare lahan bawang merah misalnya, minimal membutuhkan biaya hingga Rp1 juta. Itu belum termasuk ongkos jasa. "Rugi besar kalau sudah terserang ulat seperti ini. Bila dikalkulasi ruginya bisa Rp100 juta per hectare,” ucapnya.
Karena itu, dia dan para petani bawang lainnya hanya bisa pasrah. Mereka berharap ada upaya pemerintah untuk membantu para petani bawang akibat serangan ulat ini.
Sementara itu menurut Dinas Pertanian setempat, serangan ulat pada bawang merah adalah fenome tahunan. Biasanya terjadi pada bulan Mei-Juni. Untuk menghindari serangan tersebut, para petani diimbau menanam bawang merah pada bulan Juli. Sebab, di bulan Mei-Juni adalah fase metamorfosa ulat menjadi kupu-kupu.
Editor : Himas Puspito Putra
Artikel Terkait