MALANG, iNews.id - Pasukan Ken Arok bergerak cepat menuju Kutaraja, Ibu Kota Kerajaan Tumapel untuk menumbangkan kekuasaan Tunggul Ametung. Laskar rakyat yang dipimpin para sahabat Ken Arok seperti Umang, Santing, Bana dan Tanca memimpin barisan serangan.
Kabar bahwa pasukan Ken Arok berhasil menguasai Tumapel memicu gelombang rakyat dari berbagai lapisan untuk datang. Mereka ingin menyaksikan langsung kejatuhan sang akuwu Tumapel.
Laskar rakyat di bawah komando Santing mengajak penduduk Tumapel untuk bergabung. Mereka berasal dari berbagai aliran keagamaan, seperti Syiwa, Wisnu, Buddha, Kalacakra hingga Tantrayana.
Dari kelompok-kelompok ini, kaum Syiwa menjadi yang paling agresif. Selama ini, mereka mendapat perlakuan keras dari Tunggul Ametung.
Muhammad Syamsuddin dalam bukunya Hitam Putih Ken Arok: Dari Kejayaan Hingga Keruntuhan mencatat, pasukan Bana menjadi yang pertama memasuki Kutaraja. Sepanjang perjalanan, mereka disambut warga dari berbagai usia yang turut bergabung.
Setelah pasukan Bana, muncul pasukan Arih-Arih yang terkenal lihai bergerilya selama tiga tahun di hutan belantara. Dari arah lain, pasukan Mundrayana yang terdiri atas bekas budak Tumapel juga merangsek masuk.
Pasukan Mundrayana sempat diadang prajurit Tumapel. Dendam lama membuat mereka bertarung dengan semangat membara, hingga prajurit Tumapel kocar-kacir melarikan diri.
Situasi Kutaraja menjadi mencekam. Laskar rakyat dan penduduk Tumapel bersatu mengepung Pakuwuan, tempat kediaman Tunggul Ametung. Sorak-sorai massa bergema di setiap sudut, tanda bahwa kekuasaan Tunggul Ametung berada di ambang kejatuhan.
Editor : Donald Karouw
Artikel Terkait