BANGKALAN, iNews.id - Para kiai dan ulama di Madura menyerukan warganya untuk waspada terhadap ancaman Covid-19. Mereka juga meminta kepada seluruh warga Bangkalan untuk mematuhi protokol kesehatan sebagaimana aturan pemerintah.
Imbauan itu disampaikan para ulama menyusul lonjakan kasus Covid-19 di Bagkalan sejak dua minggu terakhir. Setiap hari kasus terus bertambah. Sementara sejumlah rumah sakit juga mulai penuh karena pasien Covid-19.
"Rumah sakit sudah penuh. Covid-19 mengganas di Bangkalan. Jaga diri anda dan keluarga. Jangan keluar rumah kalau tiak ada urusan penting," kata Ketua MUI Bangkalan KH Syarifudin Damanhuri, Rabu (9/6/2021).
Pernyataan sama juga disampaikan Ketua MWCNU Kecamatan Geger Bangkalan KH Abdul Hasan dan Pengasuh Ponpes Saikhona Kholil Moh Nasih Aschal. Keduanya mengimbau agar warga patuh menjalankan protokol kesehatan dan menjalankan 5 M.
Berdasarkan data Tim Covid-19 Jawa Timur (Jatim) hingga hari ini terdapat 25 kasus pasien baru yang positif Covid-19 di Bangkalan, Madura. Kemudian dua pasien Covid-19 meninggal dan 17 orang dinyatakan suspek corona.
Berdasarkan data akumulatif per tanggal 6 Juni 2021, jumlah yang terkonfirmasi positif Covid-19 di Bangkalan, Madura sebanyak 1.779 orang. Kemudian, jumlah pasien sembuh 1.520 orang, pasien Covid-19 meninggal 180 orang, dan kasus Covid-19 aktif di Bangkalan, Madura kini 79 orang.
Melihat peningkatan secara signifikan kasus covid - 19 para kiai dan ulama Bangkalan bergerak cepat proaktif memberikan imbauan kepada warga agar penyebaran Covid-19 bisa ditekan.
Para kiai dan ulama dalam setiap kesempatan memberikan imbauan agar masyarakat kabupaten Bangkalan konsisten dalam menerapkan protokol kesehatan 5M baik di masjid-masjid, surau dan langgar yg ada di Bangkalan bahkan pesan berantai di media sosial.
Hal itu senada dengan harapan yang disampaikan anggota Komisi A DPRD Provinsi Jawa Timur, Bapak Freddy Poernomo yang meminta forum pimpinan daerah duduk bareng serta melibatkan para ulama untuk menekan penyebaran Covid-19 agar tidak semakin meluas ke wilayah lain.
"Madura itu daerah santri. Untuk mengatasi problem itu, ya tokoh-tokoh agama atau ulama diajak dan terlibat dalam pencegahan meluasnya penyebaran" ujar Freddy.
Politisi Partai Golkar itu juga menegaskan agar Pemerintah Provinsi Jatim, Pemerintah Kota Surabaya dan Pemerintah Kabupaten Bangkalan berupaya menekan penyebaran Covid-19 dengan cara sesuai kultur masyarakatnya masing-masing.
"Kalau di Surabaya insyaAllah ketat. Kultur masyarakat Surabaya beda dengan Madura, Kalau di Madura harus melibatkan tokoh informal atau kiai," katanya.
Satuan Tugas Covid-19 Yayasan Pesantren Mamba’ul Ma’arif Denanyar Jombang Neng Azah juga mengatakan kiai bisa menjadi pengawas sekaligus contoh bagi para santri dalam penerapan 3M. "Misalnya, kiai mengajar dengan memakai masker, maka anak-anak akhirnya juga memakai masker," katanya.
Editor : Ihya Ulumuddin
Artikel Terkait