SURABAYA, iNews.id - Pulau Jawa ternyata sudah berpenduduk sekitar 100 tahun sebelum masehi. Saat itu, sebuah kerjaan bahkan sudah berdiri jauh sebelum munculnya kerajaan-kerajaan di Jawa.
Berdasarkan catatan sejarah, kerajaan tersebut berlokasi di daerah Singosari, Kabupaten Malang. Kerajaan ini pula yang menjadi bagian dari sejarah awal mula Pulau Jawa
Konon, penduduk Jawa ini didatangkan dari luar negeri. Hal ini berdasarkan pada beberapa sumber kuno yang dikutip dari buku "Babad Tanah Jawi" tulisan Soedjipto Abimanyu. Sumber kuno mengisahkan para penghuni ini berasal daerah Turki, tetapi ada yang menyebut berasal dari daerah Dekhan, India.
Saat itu penduduk Raja Rum pada tahun 350 SM (Sebelum Masehi) mengirimkan perpindahan penduduknya sebanyak 20.000 laki-laki dan 20.000 perempuan yang dipimpin oleh Aji Keler.
Pengiriman ini merupakan misi kedua setelah misi pertamanya pada tahun 450 SM gagal. Saat itu, seluruh utusan dari luar negeri terpaksa kembali dengan tangan hampa.
Saat misi kedua pengiriman kedua itulah, Pulau Jawa saat itu bernama Nusa Kendang ditemukan sebagai pulau yang tertutupi hutan dan dihuni oleh berbagai jenis binatang buas dan tanahnya datar, ditumbuhi tanaman yang dinamai Jawi. Dari situlah pulau ini dinamai dengan Jawi.
Tetapi, agak sulit menentukan lokasi pendaratan para utusan tersebut. Tetapi diperkirakan pendaratan terjadi di wilayah Semampir, yakni tempat yang berdekatan dengan Surabaya saat ini. Gelombang kedua ini juga mengalami kegagalan. Dari puluhan ribu orang, hanya terisa 40 pasang.
Karena itu, sang raja mengirimkan utusan lagi dengan persiapan lebih matang dan penyediaan alat yang lebih lengkap. Hal ini untuk menjaga mereka dari kemungkinan serangan binatang buas, seperti yang dialami utusan pertama dan kedua.
Selain peralatan pengamanan diri, mereka juga dilengkapi dengan alat pertanian sebagai alat bercocok tanam bila kelak berhasil menempatinya dengan aman. Sementara itu, untuk mencegah orang-orang tidak melarikan diri maka diangkatlah seorang pemimpin dari kalangan mereka, yaitu Raja Kanna.
Dikisahkan, gelombang ketiga ini konon berhasil menyebar ke pedalaman-pedalaman yang terbuka di Pulau Jawa. Di sisi kepercayaan gelombang ketiga ini dipercaya menganut kepercayaan animisme.
Sejarah juga mencatat, pada 100 SM, terjadi perpindahan penduduk yang terdiri atas kaum Hindu Waisya. Mereka merupakan para petani dan pedagang yang karena permasalahan keyakinan, kemudian mereka meninggalkan India.
Warga pindahan kelompok keempat ini kemudian menetap di daerah Pasuruan dan Probolinggo. Kemudian mereka secara perlahan membuat koloni-koloni di bagian selatan Pulau Jawa, yang pusatnya terletak di Singosari.
Ketika di Singosari, siapa yang memimpin memang tidak jelas. Tetapi, ada naskah yang menyatakan adanya ratu yang memegang kekuasaan di daerah Kedi, namanya Nyai Kedi. Singgasana kerajaannya berada di Kediri.
Pada tahun 900 Masehi, keturunan Hindu-Waisya dimasukkan dalam Kerajaan Mendang yang juga dinamakan Kamulan. Nama lain Mendang yakni Medang dan Kamulan merupakan Ngastina atau Gajah Huiya.
Editor : Ihya Ulumuddin
Artikel Terkait