SURABAYA, iNews.id - Kakawin Negarakretagama menjelaskan ada 27 candi peninggalan Kerajaan Singasari Majapahit. Sayang dari puluhan candi makam itu tak sedikit yang sudah musnah, salah satunya Candi Kagenengan.
Sebagaimana dijelaskan pada "Tafsir Sejarah Negarakretagama" dari Prof Slamet Muljana, Candi Kagenengan memiliki keindahan luar biasa. Bentuknya tidak bertara, pintu masuk terlalu lebar lagi tinggi, dari luar bersabuk.
Di dalam terbentang halaman dengan rumah berderet di tepinya, ditanami aneka ragam bunga seperti tanjung, nagasari, dan sebagainya. Menaranya lampai menjulang tinggi seperti Gunung Meru di tengah-tengah sangat indah.
Di dalam candi ada arca dewa Siwa, sebagai lambang raja yang dipuja di situ. Ialah datu-leluhur raja Majapahit yang disembah di seluruh dunia.
Sayang Candi Kagenengan ini sudah musnah. Tapi berkat uraian dari Prapanca di Negarakretagama dapat diketahui tentang adanya keindahan Candi Kagenengan era Singasari.
Di antara candi makam era Singasari yang masih bertahan dalam keadaan hampir utuh yakni Candi Jago. Candi Jago agaknya sangat megah dan merupakan salah satu candi yang indah ketika masih dalam keadaan utuh.
Kakawin Negarakretagama pupuh 41/4 menguraikan Candi Jago merupakan candi buddha. Di dalamnya terdapat arca Buddha sebagai lambang mendiang raja Wisnuwardhana yang dihiasi dengan berbagai relief. Teras pertama memuat relief Kunjarakarna, dongeng didaktik yang tidak asing dalam kesusastraan Buddha.
Pada teras kedua terpahat relief Partayajya, sebuah cerita dari Mahabarata tentang Arjuna yang sedang bertapa di Gunung Indrakila, minta senjata yang akan digunakan dalam perang Bharatayuddha melawan Kurawa. Teras ketiga berisi relief Arjuna Wiwaha, cerita perkawinan antara Arjuna dan Dewi Suprabha, hadiah bhatara guru kepada Arjuna setelah mengalahkan raja raksasa Nirwatakawaca.
Editor : Ihya Ulumuddin
Artikel Terkait