Makam Reivano Dwi Afriansyah (17), korban tewas ke-134 Tragedi Kanjuruhan. (Foto: Avirista Midaada/MPI)

MALANG, iNews.id - Kedatangan jenazah korban tewas ke-134 Tragedi Kanjuruhan disambut haru para keluarga dan Aremania di rumah duka di Jalan Kebonsari, RT 4 RW 1, Desa Ngebruk, Kecamatan Sumberpucung, Kabupaten Malang, Jumat (21/10/2022). Jasad Reivano Dwi Afriansyah (17) lalu dimakamkan di  tempat pemakaman umum (TPU) yang berjarak sekitar 500 meter dari rumah duka.

Ayah korban, Arif Yuniarto bercerita, awalnya anaknya tak pulang seusai menonton pertandingan Arema FC vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan pada Sabtu (1/10/2022) malam. Dia mengaku sama sekali tak curiga Reivano Dwi Afriansyah menjadi salah satu korban luka akibat kerusuhan di Stadion Kanjuruhan Malang.

"Dari awal pertandingan enggak pulang anak laki-laki saya, apa macet atau apa tak tunggu sampai jam 11, jam 12 (Sabtu malam) kok enggak pulang juga," ucap Arif Yuniarto ditemui MPI di rumah duka.

Pada Minggu (2/10/2022) pagi, Arif mengaku bertemu Sekretaris Desa Ngebruk saat mendata warganya di Dukuh Kebonsari yang belum pulang usai menonton pertandingan Arema FC karena berakhir ricuh. Dia pun meminta mencari sang anak di Stadion Kanjuruhan.

"Langsung saya masuk rumah ada kabar, ibu sampaikan yang meninggal banyak, panik aku, lah mau tanya siapa, tetangga-tetangga di sini nggak bisa masuk, enggak bisa masuk (rumah sakit)," ucapnya.

Arif dan istrinya awalnya mendatangi RSUD Kanjuruhan Kepanjen, Malang. Di sana dia melihat wajah beberapa korban sudah ditutupi. Dia mengaku sempat kesulitan mencari keberadaan anak hingga akhirnya memutuskan membagikan foto, nama lengkap, dan ciri-ciri fisik Reivano saat menonton pertandingan Arema FC vs Persebaya.

"Ketemunya share-share foto dan nama lengkap dan jam 9 baru dapat kabar anak saya sudah di Hasta, akhirnya cari sana. Alhamdulillah akhirnya dikirim bareng ke RSSA sama Debora, dia nonton sama Debora itu," katanya.

Selama dari RS Hasta Husada Kepanjen hingga dipindahkan ke RSSA Malang, diakui Arif, kondisi anaknya tak sadarkan diri. Namun selama perawatan di RSSA Malang, anaknya sempat ada harapan hidup karena kondisi paru-parunya membaik, tetapi luka parah di kepala membuat kondisi kembali tak stabil.

"Cuma di kepala takutnya ada pendarahan benjol atau apa saya enggak ngerti makanya diistirahatkan total. Dari fisik ada pembengkakan (di kepala), kalau saya dari dokter begini, yang tahu istri saya," ucapnya.

Kondisi itu lah yang membuat Arif dan istrinya juga sempat drop. Bahkan ibu korban sempat diminta Arif istirahat di kos kakak korban di daerah Mergan. 

Dia sendiri sempat beberapa kali syok dan gemetar seluruh badan melihat kondisi anaknya yang tak sadarkan diri.

Bahkan dirinya beberapa kali mendapat panggilan dari rumah sakit untuk mendengar penjelasan tim medis, mengingat selama ini sang anak yang berada di ruang ICU tak bisa terus ditunggu. Hal yang membuat Arif dan istrinya mencoba menguatkan hati dan fisiknya, kendati sudah tak mampu lagi.

"Kalau ada panggilan dari rumah sakit, gemetar, yo gemetaran makanya tak tinggal setiap hari begitu, tadi malam ada panggilan jam 3-4 pagi, biasanya nggak begitu. Permintaan kami usut tuntas, setuntas-tuntasnya," kata Arif.


Editor : Rizky Agustian

BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network