PACITAN, iNews.id - Asal usul nama Pacitan tak terlepas dari Sultan Hamengkubuwana I, raja Keraton Yogyakarta yang pertama. Penamaan Pacitan konon terjadi saat sang sultan hendak meluaskan wilayah kekuasaannya.
Pacitan adalah sebuah wilayah yang berada di Jawa Timur. Kabupaten Pacitan berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah dan Samudera Hindia di sisi selatan.
Diceritakan bahwa sebuah wilayah bernama Nanggungan dikuasai oleh Keraton Yogyakarta, dengan penguasa lokalnya bernama Raden Notoprojo.
Suatu ketika, Raden Notoprojo sakit dan akhirnya meninggal. Dia digantikan oleh Kiai Setroketipo yang dianugerahi gelar Mas Tumenggung Setrowijoyo dan berkuasa pada tahun 1757-1812.
Setroketipo ini dikisahkan dalam "Kisah Brang Wetan: Berdasarkan Babad Alit dan Babad Nagara Patjitan" terjemahan Karsono Hardjoseputro, yang juga seorang abdi punakawan Sultan Hamengkubuwana I.
Dikisahkan Sultan Hamengkubuwana I hendak meluaskan wilayah kekuasaanya dengan bertempur. Tetapi dia terdesak oleh serangan Pangeran Adipati Aryo Mangkunegoro Raden Mas Said yang berkuasa di Keraton Surakarta.
Dia lantas menyelamatkan diri di tengah hutan di dekat Nanggungan. Setroketipo senantiasa berada di belakangnya.
Suatu hari, sultan duduk bersandar di hadapan para kerabatnya. Dia terlihat lesu, letih dan kurang semangat lantaran mengurangi makan dan minum selama beberapa hari.
Dia lalu menyaksikan Setroketipo menggantungkan beruk di lehernya dan bertanya
"Yang kau kalungkan itu apa?," tanya Sultan. Setroketipo menjawab, "Duh, Gusti, yang hamba kalungkan ini beruk berisi pace satu buah."
Sultan kemudian mengambil buah pace itu dan dimakan. Tak disangka sultan sangat menikmati buah pace itu. Seakan-akan seperti orang sakit yang memperoleh obat dan sembuh seketika.
Usai memakan buah pace, Sultan tampak segar, hilang letih, dan kembali bugar seperti sediakala.
Dia pun berkata, "Karena tenteram hati dan pulihnya kekuatanku setelah makan buah pace, serta kenyataan bahwa di daerah ini hanya sedikit yang dapat ditanami padi, dan yang banyak hanya tanah tadah hujan, sehingga hasil padi tidak mampu membuat kenyang, ibarat hanya cukup sebagai pacitan [kudapan] minum teh atau sekadar pengganjal lapar."
Dari sanalah akhirnya penguasa Keraton Yogyakarta ini menamakan daerah tanah pantai yang dipijaknya dengan nama Pacitan. Sultan lantas menjanjikan Setroketipo diangkat menjadi pejabat.
Tak lama kemudian, sultan kembali pulang ke Yogyakarta usai beristirahat di hutan dan mengonsumsi buah pace. Beberapa tahun kemudian, Mas Tumenggung Notoprojo yang menjadi pejabat di wilayah Nanggungan jatuh sakit hingga meninggal.
Setelah menerima laporan itu, sultan pun teringat pada pengabdian Setroketipo. Dia pun mengangkat Setroketipo sebagai pengganti Kiai Notoprojo serta dianugerahi gelar Mas Tumenggung Setrowijoyo.
Editor : Reza Yunanto
Artikel Terkait