PONOROGO, iNews.id – Proses pembangunan Bendungan Bendo yang berlokasi di Desa Ngindeng, Kecamatan Sawoo, Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur (Jatim), saat ini sudah 77 persen. Pembangunan bendungan ditargetkan selesai akhir tahun 2019 untuk meningkatkan suplai air irigasi seluas kurang lebih 7.700 hektare lahan pertanian di Kabupaten Ponorogo dan Madiun.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, dengan luas genangan sebesar 169,64 ha dan daya tampung 43,14 juta meter kubik, Bendungan Bendo diharapkan dapat meningkatkan intensitas tanam dari sekali menjadi hingga tiga kali tanam dalam satu tahun. Kabupaten Ponorogo dan Madiun dikenal sebagai salah satu sentra pertanian di Jatim.
“Bendungan ini sangat penting sekali selain untuk pengairan sawah-sawah, tetapi juga untuk pemenuhan kebutuhan air baku warga sekitar,” kata Presiden saat meninjau progres pembangunan Bendungan Bendo, Jumat (4/1/2018), bersama Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, dan Gubernur Jatim Soekarwo.
Selain Bendo, Presiden mengatakan, Pemerintah melalui Kementerian PUPR juga tengah membangun sejumlah bendungan lain di Provinsi Jatim yakni Bendungan Tukul, Tugu, Bagong, Semantok, dan Gongseng. “Banyak sekali dibangun di Jawa Timur karena memang diperlukan sebagai lumbungnya pangan Indonesia,” ujar Presiden Jokowi.
Masyarakat juga dapat merasakan manfaat lain dari pembangunan bendungan ini, karena menjadi sumber air baku domestik dan industri. Di Kabupaten Madiun berkapasitas 790 liter per detik dan di Ponorogo 372 liter per detik. Selain itu akan mereduksi debit banjir Kota Ponorogo dari 1.300 meter kubik per detik menjadi 400 meter kubik per detik.
Direktur Jenderal (Dirjen) Sumber Daya Air Kementerian PUPR Hari Suprayogi mengatakan, pembangunan Bendungan Bendo ditargetkan selesai akhir tahun 2019. Pekerjaan telah dimulai sejak tahun 2013 dan sempat tertunda karena masalah pembebasan lahan. “Namun saat ini progres pembebasan lahannya sudah mencapai 94 persen, sudah bebas seluas 277 hektare dari 295 hektare lahan yang dibutuhkan,” kata Hari.
Bendungan setinggi 71 meter dengan tipe urugan ini membendung Sungai Keyang yang merupakan anak sungai Bengawan Madiun, juga anak Sungai Bengawan Solo. Pembiayaan menggunakan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebesar Rp716,58 miliar yang dikerjakan oleh PT Wijaya Karya, PT Hutama Karya dan PT Nindya Karya (KSO).
Editor : Maria Christina
Artikel Terkait